FILM
Apa kabar perfilman Indonesia? Menjawabnya tentu dengan akal sehat. Jika menjawab baik, berarti anda menjawab dengan akal setengah konslet. Bagaimana tidak? Belakangan ini perfilman Indonesia mengalami keterbelakangan, film-film bertema pornoaksi tengah merebak mendominasi layar kaca. Keluhuran nilai budi pekerti yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia dengan sekejap mata tiba-tiba ambruk dari tatanan semula. Jika ditelisik dari kacamata sosial, hal ini disebabkan oleh arus informatika yang tak terkendali. Video-video porno dari dunia barat yang hanya dengan hitungan detik menyebar luas ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia berpengaruh besar terhadap dunia perfilman dimana saat itu Indonesia tengah mengalami krisis moral.
Contoh konkritnya saja, film “Kawin Kontrak” [di antara banyaknya film amoral]. Dalam film tersebut, penyampaian amanat yang terkandung sangat tidak jelas dan tidak memberikan daya edukasi. Adegan-adegan seksual yang katanya “menggairahkan” justru berdampak sangat buruk terhadap perilaku penikmatnya setelah itu. Untung saja film-film amoral yang ada tidak menyentuh nominasi FFI.
Sebagai santri kita harus mampu melawan dan sedikitbanyaknya melakukan pembenahan pada diri kita masing-masing dengan tidak menonton film-film “nakal” yang banyak beredar saat ini. Jangan menonton film-film yang menyiksa mental kita. Bukankah film-film yang sehat juga layak dinikmati? Seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Garuda di Dadaku, Tanah Air Beta, Denias, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta bertasbih, dan lain-lain [jangan Cuma nonton aja, ambil hikmah-pelajaran lalu amalkan].
SINETRON
Bila melihat kapasitas jam tayangnya, sinetron jauh lebih sering diputar di layar kaca. Berangkat dari ini sinetron juga berpengaruh besar terhadap moralitas rakyat Indonesia utamanya anak kecil. Tayangan kekerasan yang ditontonkan sangat mudah dicerna dan dipraktekkan oleh anak-anak di bawah umur. Misalnya, dalam sinetron “Cinta Fitri” ; Mischa menempeleng Fitri. Anak kecil yang menonton adegan tersebut kerap kali merecord dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari bersama teman sejawatnya.
Kejadian ini sering terjadi bagi keluarga yang tidak peduli terhadap asupan gizi mental anak-anak di bawah umur. Selain itu, juga sering terjadi: “Dik… jangan nonton kartun terus dong, kakak kan mau nonton Inbox.” Uweleh… gimana mo sehat generasi masa depan kalo digituin. Hiks…
PAKAIAN
Berbicara soal pakaian, siapa sih yang tidak peduli? Wah, ini nomor wahid... berbagai macam model pakaian serba ada saat ini.
TAPI...|||
Bagaimana dengan pakaian rakyat Indonesia yang konon berkiblat pada pasar mode Paris di Perancis dan Milan di Italy? Masya Allah, pakaian tidak layak pakai jika tidak sepaha dan berlengan buntung. Itu dunia barat juga yang memperkenalkannya pada kita. Kain tipis, bermerk ternama, minim dan harga selangit, itu sudah menjadi gengsi. Jangan sampai itu terjadi bagi umat Islam. Kita harus menjaga penampilan kita dengan pakaian tertutup agar ketika kita berjalan, alam dan seisinya menghargai kita. Tunjukkan karakter penampilan kita di hadapan dunia...
NOVEL
Hampir semua remaja Indonesia suka membaca Novel. Genrenya pun beragam. Tetapi yang mengejutkan sekali, dalam kurun waktu 20 tahun belakangan ini, rata-rata remaja kita sangat menyukai novel-novel yang bergenre seks atau bahkan memproduksikannya. Contoh, Si A hobby membaca novel-novel karya Freddy S. Lalu memproduksikannya dengan sebuah novel Tali Pocong Perawan [misalnya] yang diadaptasi dari film yang berjudul sama. Ini kerusakan besar yang sering dilakukan secara tekstual oleh penulis-penulis muda di Indonesia dan Seharusnya memiliki bakat besar seperti itu tidak disalahgunakan.
Semestinya di setiap percetakan buku-buku remaja di Indonesia membangun lembaga sensor untuk menyeleksi naskah-naskah mana yang layak dan tidak layak edar demi kebaikan bersama. Dengan begitu bacaan untuk remaja di Indonesia akan sehat dan insya Allah dampak negatif terhadap tunas-tunas muda akan berkurang sedikit demi sedikit.
LAGU & MUSIK
Perkembangan teknologi informatika di Indonesia merupakan salah satu faktor utama merosotnya daya kreatifitas remaja di dalam dunia seni lagu. Apa penyebabnya? LAGI-LAGI SEKS...|||
Bila bertemakan romance atau humor, itu wajar, normal dan masih patut diacungi jempol. Pasalnya era millenium ini banyak sekali bertebaran lagu-lagu yang bertema seks dan kenakalan remaja. Contohnya saja, lagu “Ngentot”. Siapa yang tidak kenal lagu ini. Lirik-liriknya yang “FantastiS” membius para pendengarnya yang mayoritas dari kalangan “Setengah Konslet”. Sebenarnya apa tujuan awal dari penulisan lagu ini? Apa ada tujuan khusus, atau hanya iseng cari penghasilan tambahan? Para pendengar bisa dipastikan kebingungan jika ditanyakan mengenai hal ini. Ya karena sangat tidak jelas. Dari ketidakjelasan ini, maka SANGAT DIANJURKAN untuk tidak mendengarkan lagu tersebut demi kewarasan akal bersama-sama.
Coba buka mata, bersihkan jiwa, dan dengarkan lagu-lagu yang sarat makna, seperti, Berita Kepada Kawan-nya Ebieth G. Ade, Manusia Setengah Dewa-nya Iwan Fals atau Garuda di Dadaku-nya Netral, atau bahkan Risalah Hati-nya Dewa 19 [sekarang Republik Cinta]. Lagu-lagu tersebut adalah empat dari sekian banyak lagu-lagu yang memiliki kekuatan magis dan berpengaruh besar terhadap pola pikir pendengarnya. Mendengarkan lagu-lagu yang TIDAK KACANGAN alias ELIT dapat mempertajam mata batin kita baik secara vertikal maupun horisontal.
KARTUN & ANIMASI
Kenal Upin Ipin? Pasti kenal ya...? 2 tahun belakangan ini film animasi melayu tersebut sedang mengebom layar kaca di Indonesia. Karakter dua bocah berkepala plontos Dkk itu membius anak-anak Indonesia Mulai tingkah laku hingga dialek berbicaranya. Hebatnya teknologi dan kecerdasan imajinasi pencipta Upin-Ipin [Mohd. Nizam Abdul Razak, Mohd. Safwan Abdul Karim, dan Usamah Zaid, mereka bertiga jebolan Multimedia Faculity of University of Malaya] di Malaysia telah berhasil menjajah pola pikir anak-anak Indonesia, dan mengapa ini bisa terjadi?
Itulah Indonseia, senangnya mengimpor bukan mengekspor. Menyikapi masalah besar ini, Alhamdulillah dari pihak Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Mohammad Ali, meluncurkan film kartun “Samba dan Sahabat” pada tanggal 26 November 2010 lalu untuk menyaingi Upin-Ipin [termasuk Dora The Explorer juga]. Menurut Ali, film “Samba dan Sahabat” bercerita tentang beberapa anak pelajar di salah satu madrasah yang menggambarkan segala tingkah pola anak-anak, namun sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal. Bismillah... semoga sukses...
HUKUM & POLITIK
Indonesia adalah negara demokrasi yang berideologi Pancasila. Dalam sila keempat jelas ditegaskan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.” Sila keempat ini merupakan detak jantung sistem hukum dan politik di Indonesia, akan tetapi kenyataan yang ada justru berbalik. Sistem hukum di negara ini kacau balau, transaksi tidak hanya berlaku pada kegiatan jual beli, hukum pun jadi dibeli. Membelinya pun dengan hasil korup uang rakyat. Tarmihim... bihijarotin min sijjil.
Kita ambil sampel saja dari kasus Gayus Tambunan yang menyamar sebagai Soni Laksono dalam plesirannya ke Bali dan Singapura akibat ketidaktahanannya mendekam di penjara. Beberapa petugas kepolisian yang bertugas menjaga Gayus kala itu disuap dengan uang sekian juta.
Tidak hanya itu, sistem politik pun turut menjalankan praktek transaksi jual beli alias sogok menyogok. Berangkat dari visi yang tak jelas dan rendahnya perekonomian, seseorang berani mencalonkan diri menjadi calon legislatif. Promosi dan orasi pun dikoarkan, dimuntahkan di lapangan dan alun-alun. Poster, baliho dan kaos berserakan di mana-mana demi berhasilnya menduduki kursi terbanyak.
Setelah kedudukan dicapai strategi perang pun diatur sedemikian rupa, menjadi topeng tiga dimensi. Sistem politik yang tidak transparan mulai dioperasikan sehingga KKN (korupsi, Kolusi, Nepotisme) pun terjadi dan dilatarbelakangi oleh sistem hukum yang tidak ditegakkan dan pandang bulu.