Rabu, 07 Agustus 2013

Mendefinisikan Kembali Makna Lebaran

Insya Allah ini sore terakhir di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Biasanya banyak sekali yang dipersiapkan menjelang lebaran. Mulai dari bersih-bersih rumah, halaman rumah, membuat kue, sampai mempersiapkan baju baru. Nah, yang terakhir ini nih yang menjadi topik tulisan saya kali ini.
Seberapa pentingkah baju baru untuk lebaran bagi kita?
Saya melihat, apalagi seperti sekarang ini, saat baju muslim-muslimah sedang ngetrend dengan berbagai model dari model A sampai model Z (maklum saya paling males update berita soal mode), dari harga murah sampai harga yang mahalnya selangit, baju baru untuk lebaran menjadi menu wajib bagi sebagian besar kalangan umat Islam. Saya pun kerap kali merasa begitu. Dari awal saya tahu "apakah bulan Ramadhan itu?" (bulan dimana umat Islam wajib berpuasa lalu berlebaran dengan menggunakan baju plus sandal baru), saya lalu merasa menggunakan baju baru saat hari raya idul fitri adalah suatu kewajiban yang jika tidak saya penuhi akan membuat saya malas bersilaturrahim karena minder, dan perasaan tak nyaman yang lain.
Tetapi belakangan ini, ketika saya mulai belajar secara perlahan mendefinisikan arti "budaya" dan makna "kesejatian", saya kemudian tahu bahwa: baju baru untuk lebaran hanyalah sebuah simbol kecil bagi lebaran itu sendiri.
Sejatinya, lebaran atau Hari Raya Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam yang berhasil menahan hawa nafsunya selama menjalankan ibadah puasa. Sejatinya, lebaran adalah saat yang paling pas untuk membangkitkan semangat dalam meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah, menyambung kembali tali persaudaraan, berbagi kabahagiaan dengan sesama, dan memperbaiki hubungan dengan alam. Tidak salah jika lebaran kita memakai baju baru, tetapi jika kondisi keuangan kita baik. Artinya jika ada uang lebih, bolehlah kita membeli baju baru. Tapi kalau tidak ada, ya sudah, kita tidak usah memaksakan karena gengsi pada apapun dan siapapun
Hhh... Padahal Allah tidak melihat baju baru yang kita pakai.
Jadi salah--saya rasa--jika lebaran hanya tampak di dalam benak kita sebagai ajang untuk memamerkan baju baru.
Tiba-tiba saya sangat menyesali keadaan semacam ini. Adik-adik saya, yang baru mengenal apa itu puasa, secara langsung disuguhi kebiasaan yang menurut saya tidak baik. Pola hidup konsumerisme dan tidak apa adanya. Sungguh saya teramat menyesal. Tapi saya janji,  saya akan berusaha sekuat tenaga kelak anak-anak saya tidak akan saya perkenalkan dengan budaya ini. Semoga Allah Membantu upaya saya. Aamiin.
Selamat tinggal Bulan Suci Ramadhan... Sampai jumpa di pertemuan mendatang dengan perjumpaan yang lebih baik.... Semoga hari-hari saya kedepan menjadi lebih baik dan berkah... Allahumma Aamiin...

2 komentar:

sampai jumpa di penjumpaan selanjutnya yang lebih baik :) .
Membentuk pribadi anak2 di masa depan berarti mempersiapkan calon ibu dan bapak yang lebih baik jg. Alhamdulillah, mari berjuang :) !

Terima kasih, Ka Fifit...
Salam kenal, semoga bisa share berbagai macam ilmu pengetahuan. Aamiin...