Sabtu, 02 November 2013

13.04 - 1 comment

Aku Cinta Batik

Beberapa tahun belakangan ini katertarikan saya kepada batik semakin menjadi-jadi saja, kendati saya tidak memiliki banyak koleksi batik, tapi setidaknya adalah beberapa helai baju batik (motif kontemporer) yang saya miliki. Alasan ketertarikan saya kepada batik antara lain karena saya terpukau dengan nilai-nilai estetika pada motifnya: rumit, detail, indah dan sangat filosofis.
Sejak saya menyukainya, saya lalu mengamati—atau mungkin tepatnya mengira-ngira—motif dari beberapa batik yang saya miliki. Motif-motif yang ada pada Batik sepertinya banyak dipengaruhi oleh watak, karakter, dan sosial budaya pembatiknya atau bahkan kondisi geografis dimana pembatik itu tinggal sehingga nilai filosofis yang terkandung pada Batik tersebut sangat tampak dan membuat pemakainya tampil berkarakter.

Kita lihat motif dari batik Pamekasan ini:
Bherras Dumpa
Saat saya membelinya, si penjual mengatakan bahwa motif batik ini bernama Bherras Dumpa (Beras Tumpah), saya melihat karakter orang Madura yang sangat kental pada motif ini, mereka orang Madura rata-rata yang berprofesi sebagai pengrajin batik adalah perempuan yang menjadikan membatik sebagai kegiatan sampingan untuk menambah penghasilan, mengisi waktu senggang, dan merawat bakat melukisnya. Saya membayangkan ketika si pembatik melukis di atas kain ini  sepertinya baru saja ditimpa musibah, yaitu, beras yang baru dibeli atau dipanen suaminya tanpa sengaja tumpah dan si istri lalu mengekspresikan kesedihan dan penyesalannya dengan melukis beras tumpah itu di atas kain.
Hmmm... Ini bisa saja benar dan bisa saja salah, sebab sejauh saya memahami—sebagai orang Madura—karakter asli orang Madura salah satunya adalah sangat menghargai jerih payah orang lain dalam hal apapun, apalagi jerih payah orang-orang yang dicintainya. Mungkin mereka tidak membalasnya dengan materi, tapi mereka membalas dalam bentuk perhatian dan kepedulian yang sangat baik. Aduh... Manisnya J :D

Nah, yang ini Batik Pakandangan 3 Dimensi:

Batik Pakandangan 3 Dimensi
Sungguh kombinasi warnanya sangat berani sehingga menghasilkan gradasi warna yang indah. Penjahit lalu menyulapnya untuk saya sehingga jadi begini:
Bersama Bibi Nampang di Masji Muhammad Ceng Hoo Surabaya


Cantik, bukan? :)
Kalau yang ini Batik khas Situbondo:
Batik Khas Situbondo
Batik Situbondo memiliki ciri khas motifnya binatang-binatang laut. Seperti Ikan, Bintang Laut, Kerang, dan Tumbuhan Laut. Rupanya motif ini dipengaruhi oleh sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Situbondo dan juga memang sebagian masyarakat pesisir sangat menggantungkan kehidupannya kepada laut dengan menjadi nelayan. Ya, di sepanjang garis pantai Kabupaten Situbondo terdapat beberapa titik pariwisata pantai yang sangat indah. Antara lain; Pantai Pasir Putih, Pantai Bama Baluran, Pantai Patthek, dan Pantai Banongan yang semuanya menawarkan decak kagum atas panoramanya yang sungguh indah dan menawan. 
Oh ya, saat ini saya juga mulai tertarik untuk belajar membatik. Saya belajar membatik di rumah saudara saya bernama Aisyiyah. Ia yang seorang aktifis mengadakan pelatihan membatik untuk ibu-ibu yang berlatar belakang perekonomiannya “relatif rendah” dan memberdayakannya yang didanai oleh pemerintah Kabupaten Situbondo. Ah... Tapi sungguh miris. Mbak Ai—nama panggilan Aisyiyah—yang semula mengajak 17 peserta aktif pelatihan membatik dari kalangan tetangga kini pesertanya sangat menurun menjadi 3 orang, dan salah satunya saya.
Dua peserta lain yang rajin berlatih membatik di rumah Mbak Ai kini telah bisa membatik dengan baik. Ini salah satu proses membatik mereka:
Bagus... Banget...!
Tapi yang sangat disayangkan... Saya belum bisa berlatih secara intensif karena banyak kendala yang cukup berat. Selain jarak tempuh rumah saya ke rumah Mbak Ai cukup jauh dan saya tidak punya sopir pribadi plus saya tidak bisa mengendarai sepeda, saya juga masih disibukkan dengan aktifitas rutin yaitu kuliah dan tugas yang sangat menumpuk. Sehingga proses belajar saya masih pada tahap mencanting malan dan ekstra hati-hati agar pola yang dilukis di kain menjadi rapi. Sulitnya bukan main! Hufff... Sangat menyedihkan...
Ini Proses Latihanku :(

Hihii... Kompor yang Sungguh Imut...

Tapi saya akan terus berusaha mengatasi keadaan ini. Saya akan terus berusaha, berlatih membatik dengan serius, sebagai salah satu upaya saya menjadi warga negara yang baik dengan mencintai dan melestarikan budaya Indonesia. Semangat!!!

Senin, 23 September 2013

Minggu, 22 September 2013

Snack Sehat Kembang Kol

  • Bahan:
    250gr Kembang Kol segar
    80gr Tepung Terigu
    4sdm Tepung Beras
    1sdm Tepung Tapioka
    Garam secukupnya
    Merica bubuk secukupnya
    Air Es, secukupnya
    Minyak goreng untuk menggoreng
  • Bumbu yang dihaluskan:
    1 siung bawang putih
    2 siung bawang merah
  • Bahan Sambal (kocheq/haluskan):
    2 buah tomat segar
    7 buah cabai rawit merah
    Terasi, sesuai selera
    Garam, secukupnya
    Lada bubuk, secukupnya,
  • Cara memasak:
    - Campur tepung terigu, tepung beras, tepung tapioka, bumbu yang dihaluskan, garam dan merica,
    aduk, lalu tambahkan air es (hati-hati jangan sampai encer).
    - Masukkan potongan kembang kol (yang telah dipotong perpucuk), aduk sampai merata.
    - Panaskan minyak goreng dengan api sedang, goreng kembang kol dengan minyak mengambang sampai warnanya kuning keemasan.
    - Angkat, tiriskan.
    - Snack Kembang kol sehat siap disantap.