Selasa, 29 Juli 2014

Sabtu, 19 Juli 2014

Leter Bawang; Delicious!!!


Hari raya Idul Fitri sudah di depan hidung. Merayakan hari lebaran dengan seperangkat fashion kurang lengkap rasanya tanpa kue-kue kering untuk disuguhkan kepada sanak saudara yang datang berkunjung--silaturrahim--ke rumah. Nah, di bawah ini dia aku punya resep kue kering dengan taste Onion yang saaaaangat lezat...! Lets Try!

Bahan:
  • 2 1/2Kg Tepung Terigu Cakra Kembar
  • 500 Gr Blue Band
  • 1 lt Minyak Goreng Bimoli
  • 10 Butir Telur Ayam Kampung, buang putihnya 5.
  • 3 Butir Kuning Telur kocok lepas untuk olesan
  • 250 Gr Bawang Merah Goreng, tumbuk kasar
  • Keju Cheddar Parut
  • 2 Bks Royco Rasa Ayam
  • 150 Gr Gula Halus
  • 1 Sdt Garam
Cara Membuat:
  1. Campur Blue Band, gula halus, dan telur. Kocok sampai merata.
  2. Masukkan bawang goreng, Royco, dan garam, aduk rata.
  3. Tuang minyak goreng, sambil lalu masukkan tepung sedikit demi sedikit, aduk hingga adonan menjadi kalis.
  4. Ambil sebagian adonan, tipiskan dengan ketebalan sesuai selera, cetak, letakkan ke loyang, olesi kuning telur, dan taburi dengan keju parut.

  5. Oven dengan suhu 140'C sampai matang. Angkat. Sajikan.
Tips:
*agar kerenyahan kue tahan lama, masukkan ke toples dalam keadaan dingin.

SELAMAT MENCOBA! :)

Kamis, 17 Juli 2014

Epistemologi Dakwah

Iqra'. Bi-ismi Robbika al-Ladzi Khalaqa (QS. 96: 1)
Bacalah. Dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan

"Bacalah!"
Bacalah! Apa saja. Segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera penglihat. Segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera pendengar. Segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera pencium. Segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera peraba. Dan segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera pengecap. Bacalah! Apa saja yang ada di sekelilingmu. Bacalah dengan teliti dan hati-hati. Bacalah dengan penuh mawas diri.
Bacalah! Setiap deru nafas, setiap detak jantung, setiap aliran darah, setiap gemuruh di dada, dan setiap inci hati dan otakmu! Bacalah, terik mentari yang menyengat, uap yang membubung ke awan, awan yang menggumpal, air yang tumpah ruah, tumbuhan yang menghijau, dedaunan yang mulai menguning, dedaunan yang mulai gugur; kembali ke tanah, air yang meluap marah, batu-batu es yang meleleh, pasir-pasir yang mengendap di lautan yang dihampar dengan luas, ikan-ikan dan tumbuhan di lautan, binatang-binatang yang beranak-pinak, burung-burung yang berkicau dan terbang riuh rendah, dan setiap partikel yang ada di gugusan tata surya. Bacalah! Bacalah! Bacalah! Lalu bergeraklah! Bergeraklah dengan fitrah!
Bacalah... Setiap jengkal di radius langkah. Seperti Muhammad, Nabi yang membaca bahasa kaumnya untuk kemudian mengarahkan mereka ke jalan yang haq. Bacalah terlebih dahulu; dirimu sendiri. Perbaiki. Bacalah sekelilingmu! Lalu gerakkanlah dengan fitrah...

Senin, 07 Juli 2014

Terlalu Angkuhkah Aku?

Maha Suci Tuhan Semesta Alam...
Segala Puji Bagi Allah. Tak kusangka, liburan panjang yang sejak lama kutunggu ternyata telah kulalui hampir separuh perjalanan. Seperti pada biasanya, sejak dulu, pesantren tempatku belajar menyediakan hari libur yang cukup panjang dalam setahun, yakni 60 hari. Terhitung dari tanggal 20 Sya'ban sampai tanggal 10 Syawal. Belum lagi liburan-liburan pendek pada hari besar islam yang lain.
Saat ini aku tiba-tiba teringat pada kehebohan teman-temanku saat detik menjelang liburan kemaren. Mereka sedang apa saat ini, ya? Apa saja kesibukan mereka selama liburan? Hhh... Rindu. Selama liburan aku disini hanya diam, tanpa aktifitas yang berarti, mungkin. Sehari-hari aktifitasku hanya membantu pekerjaan rumah Ibu bersama adik-adikku yang lain. Itu saja. Padahal kalau aku mau, aku bisa mengikuti pengajian kitab yang rutin setiap tahun pada bulan puasa yang diadakan oleh pihak pesantren disini. Untuk tahun ini pengajian kitab masih melanjutkan kitab yang digunakan Ramadhan tahun kemaren, yaitu kitab Tafsir Jalalain (sebuah karya monumental dari dua mufassir yang hidup pada rentang abad 15-16 masehi yaitu Syaikh Jalaluddin al-Mahalli dan Syaikh Jalaluddin as-Suyuthi), pengajian ini diasuh langsung oleh pengasuh pesantren sendiri, Kiai Azaim dan dilangsungkan setiap hari selama paruh pertama bulan puasa setiap pagi dari pukul 08-00 sampai 11.00 WIB dengan peserta santri putera dan puteri senior, alumni, dan sebagian tetangga sekitar. Sebenarnya aku ingin mengikuti pengajian tersebut.
Tapi... Entahlah... Aku enggan.
Berat rasanya untuk aku berkenalan dengan kitab sekaliber Tafsir Jalalain. Aku malu, bahkan teramat malu. Aku malu karena jika aku mempelajari Tafsir Jalalain kewajibanku untuk mengamalkan ilmu yang aku dapat akan semakin bertambah, sementara ilmu-ilmu lain yang aku tahu dari Sullam at-Taufiq, Safinah an-Naja, Bidayah al-Hidayah, atau bahkan Qul Hadzihi Sabili serasa belum purna kuamalkan. Aku tak mau terlanjur mengenalnya jika kemungkinan besar aku akan mengacuhkannya, bukankah perkenalan yang kemudian akan disalahkan?
Biarlah aku di rumah saja. Merenungi kesendirianku di bulan suci ini, mengumpulkan energi untuk kupakai di bulan-bulan selanjutnya esok. Dan sejauh ini aku bertanya-tanya dalam hati--dalam blog ini juga :D--sebenarnya, terlalu angkuhkah aku? Lalu bagaimanakah seharusnya? Semoga ada yang mau dan bisa menjawab pertanyaan ini. Aku tunggu.

Sabtu, 05 Juli 2014

Mari Kita Mulai

"Masing-masing manusia
menitipkan dirinya kepada satu sama lain.
Untuk dilindungi, dihormati, dan disayangi."
(Zyadah) 07 Ramadhan 1435 H

Aku mengatakan hal itu pada seseorang yang baru saja datang dan duduk di ruang tamuku. Mengapa? Hal itu aku katakan padanya agar menjadi semacam kontrak bagi pertemananku dengannya, bagi kami ke depan, supaya kami masing-masing segera bertanggungjawab untuk bersama dalam rasa aman, nyaman, dan tentram.
Siapa yang tidak senang dengan persahabatan? Kurasa setiap partikel dalam tata surya menyenangi persahabatan. Manusia terhadap alam, alam terhadap manusia, begitupun sesama manusia. Berangkat dari sunnatullah itu setiap manusia berhak untuk merasa aman, nyaman, dan tentram sehingga setiap kita masing-masing wajib untuk saling menjaga, menghormati, dan menyayangi.
Semoga Tuhan--Yang Maha Menjaga--Melindungi kita dari perilaku saling menghinakan, menyakiti, melukai, dendam, dan saling membenci... Sampai pada saatnya kita tak dapat bersama lagi.
Bismillah. Dengan Nama Allah, mari kita mulai... :)

Jumat, 04 Juli 2014

06.19 - No comments

Bersama Waktu

Seharusnya,
Bulan Ramadhan menjadi goa, tempatku menyendiri
Bukan menjadi terminal
Yang menjadi tempat singgah kendaraan umum

__
Tuhan, mengertilah...
Aku lelah dengan semua ini
Aku butuh sandaran
Dan tak ada sandaran yang kubutuhkan
--melainkan Engkau
Aku ingin sendiri, Tuhan.
Kenapa Engkau malah mengirimkan seseorang
Yang menambah beban di pundakku di hadapan Engkau kelak?
----
Tuhan, aku ingin sendiri
Menyendiri bersama waktu
Menyusun kembali kepingan hati
Dan kekuatan
Untuk sebaik-baiknya... Penghambaan.