Senin, 07 Juli 2014

Terlalu Angkuhkah Aku?

Maha Suci Tuhan Semesta Alam...
Segala Puji Bagi Allah. Tak kusangka, liburan panjang yang sejak lama kutunggu ternyata telah kulalui hampir separuh perjalanan. Seperti pada biasanya, sejak dulu, pesantren tempatku belajar menyediakan hari libur yang cukup panjang dalam setahun, yakni 60 hari. Terhitung dari tanggal 20 Sya'ban sampai tanggal 10 Syawal. Belum lagi liburan-liburan pendek pada hari besar islam yang lain.
Saat ini aku tiba-tiba teringat pada kehebohan teman-temanku saat detik menjelang liburan kemaren. Mereka sedang apa saat ini, ya? Apa saja kesibukan mereka selama liburan? Hhh... Rindu. Selama liburan aku disini hanya diam, tanpa aktifitas yang berarti, mungkin. Sehari-hari aktifitasku hanya membantu pekerjaan rumah Ibu bersama adik-adikku yang lain. Itu saja. Padahal kalau aku mau, aku bisa mengikuti pengajian kitab yang rutin setiap tahun pada bulan puasa yang diadakan oleh pihak pesantren disini. Untuk tahun ini pengajian kitab masih melanjutkan kitab yang digunakan Ramadhan tahun kemaren, yaitu kitab Tafsir Jalalain (sebuah karya monumental dari dua mufassir yang hidup pada rentang abad 15-16 masehi yaitu Syaikh Jalaluddin al-Mahalli dan Syaikh Jalaluddin as-Suyuthi), pengajian ini diasuh langsung oleh pengasuh pesantren sendiri, Kiai Azaim dan dilangsungkan setiap hari selama paruh pertama bulan puasa setiap pagi dari pukul 08-00 sampai 11.00 WIB dengan peserta santri putera dan puteri senior, alumni, dan sebagian tetangga sekitar. Sebenarnya aku ingin mengikuti pengajian tersebut.
Tapi... Entahlah... Aku enggan.
Berat rasanya untuk aku berkenalan dengan kitab sekaliber Tafsir Jalalain. Aku malu, bahkan teramat malu. Aku malu karena jika aku mempelajari Tafsir Jalalain kewajibanku untuk mengamalkan ilmu yang aku dapat akan semakin bertambah, sementara ilmu-ilmu lain yang aku tahu dari Sullam at-Taufiq, Safinah an-Naja, Bidayah al-Hidayah, atau bahkan Qul Hadzihi Sabili serasa belum purna kuamalkan. Aku tak mau terlanjur mengenalnya jika kemungkinan besar aku akan mengacuhkannya, bukankah perkenalan yang kemudian akan disalahkan?
Biarlah aku di rumah saja. Merenungi kesendirianku di bulan suci ini, mengumpulkan energi untuk kupakai di bulan-bulan selanjutnya esok. Dan sejauh ini aku bertanya-tanya dalam hati--dalam blog ini juga :D--sebenarnya, terlalu angkuhkah aku? Lalu bagaimanakah seharusnya? Semoga ada yang mau dan bisa menjawab pertanyaan ini. Aku tunggu.

0 komentar: