Minggu, 11 Agustus 2013

Pengaruh Iklan Es Krim di Televisi

Tahukah?
Anda tahu iklan es krim yang menawarkan hadiah liburan ke Disney World USA bersama keluarga atau berhadiah iPad keluaran terbaru di televisi? Yang hanya dengan cara menukarkan stik es krimnya?
Ini,
ngunduh









Tahu? Nah, iya, itu...!
Sejak adik saya kemaren bertanya dimana tempat penukaran stik es krim tersebut saya tiba-tiba sangat terganggu setiap kali iklan itu muncul di jeda acara televisi. Pasalnya memang belakangan ini kedua adik saya seringkali bergosip tentang makhluk aneh bernama iPad, saya khawatir makhluk aneh itu terus membayangi pikiran mereka sehingga membuat mereka selalu ingin membeli es krim tersebut dan mengganggu waktu bersenangnya dalam bermain dan belajar. Sebab menurut saya iPad adalah makhluk yang cukup berbahaya bagi kesehatan saya dan terlebih adik-adik saya.
Sadarkah?
Entah sudah berapa lama televisi kita mengajarkan hal-hal yang dangkal kepada para penontonnya. Pikiran para orang tua, anak muda, dan anak-anak kini telah banyak dipengaruhi bahkan dihipnotis oleh televisi secara kasat mata. Obsesi, khayalan, mimpi, keinginan, bahkan cita-cita mereka kini telah banyak dipengaruhi oleh televisi. Saya sungguh baru menyadari hal itu. Saya melihat, kita, generasi muda kita, kini telah dijadikan objek komersialisasi oleh kapitalis.
Iklan es krim di televisi tersebut mengajarkan pemborosan kepada generasi muda kita dengan cara membeli es krim dan mengumpulkan stiknya sebanyak-banyaknya agar dapat menukarkan poinnya dengan beragam hadiah menarik yang telah ditawarkan.
Saya katakan hadiahnya menarik karena memang hadiah yang ditawarkan adalah barang yang sangat menggiurkan. Bayangkan! Liburan ke Disney World di Amerika Serikat bersama keluarga, siapa yang tidak mau? Pandai sekali pihak advertiser yang menawarkan hadiah ini kepada anak-anak bersama keluarganya! Ya, jelas saja si anak semakin semangat untuk jajan es krim sebanyak-banyaknya karena didukung oleh orang tuanya, agar bisa liburan gratis  bersama ke Disney World. Duh... Duh... Ck... Ck... Alangkah kompaknya!
Nah, hadiah lain yang tak kalah menariknya adalah iPad. Wow. Anak kecil mana yang tidak tergiur? Tentu karena di dalam gadget tersebut katanya banyak fitur-fitur yang asyik dan seru sehingga mereka termotivasi untuk terus mengumpulkan stik es krimnya. Salah satu alasan yang dapat dipertimbangkan adalah faktor keberuntungan yang jika dikalkulasi akan lebih besar peluang memiliki iPad dengan cara ini atau menunggu lama orang tua tergerak hatinya untuk membelikan iPad secara cuma-cuma dengan merogoh kocek yang tidak sedikit.
Saya sendiri sama sekali tidak tahu apa isi di dalam iPad itu sehingga menyebabkan anak-anak menggandrunginya. Tetapi, setahu saya, gadget dan saudara-saudarinya relatif menimbulkan efek negatif terhadap anak kecil. Kurang lebih, ruang gerak mereka di dunia realitas menjadi cenderung kaku, sempit, eksklusif, antisosial, dan semacamnya.
Konsumerisme
Wikipedia (saya belum punya rujukan yang jauh lebih valid) mengatakan bahwa: "consumerism is a social and economic order that encourages the purchase of goods and services in ever-greater amounts" (Konsumerisme adalah tatanan sosial dan ekonomi yang mendorong pembelian barang dan jasa dalam jumlah yang semakin besar) karena itu tidak berlebihanlah jika saya menilai iklan es krim tersebut beserta dampaknya terhadap anak kecil dan masyarakat secara luas sebagai bagian dari konsumerisme.
Iklan es krim tersebut--dan iklan lain--sebenarnya tanpa kita sadari telah membentuk kita menjadi pribadi yang konsumtif, produk budaya yang membuat kita boros, latah, tabdzir (berlebihan) dan tabarruj (pamer) terhadap hal-hal baru yang manfaatnya bersifat sementara. Inilah yang sangat berbahaya bagi generasi muda kita.
Lalu Bagaimana?
Sebaiknya orang tua tidak terlalu memanjakan anak-anaknya dengan barang-barang yang tidak berguna. Didiklah mereka secara bijaksana dengan kedewasaan yang sesuai dengan usianya. Ajarkan mereka arti "sederhana", sederhana dalam hal apapun. Lagi pula, seharusnya advertiser es krim tersebut tidak perlu menawarkan hadiah menggiurkan yang sama sekali tidak bermanfaat seperti berlibur ke luar negeri bersama keluarga kepada konsumen. Bukankah di Indonesia sendiri banyak cagar-cagar alam dan budaya yang wajib diperkenalkan kepada generasi mudanya? Ada Bunaken, Wakatobi, Raja Ampat, Pulau Komodo, "museum-museum" budaya, dll, kenapa tidak itu saja yang dijadikan hadiah? Atau beasiswa pendidikan? Bukankah itu jaaaa......uh lebih bermanfaat?
Lho, tapi kan es krim itu milik perusahaan asing yang besar di Indonesia? Jangan-jangan... Mereka sudah berafiliasi dengan pihak yang produknya dijadikan hadiah?
Ah, Indonesia... Kapan mau maju?

Rabu, 07 Agustus 2013

Mendefinisikan Kembali Makna Lebaran

Insya Allah ini sore terakhir di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Biasanya banyak sekali yang dipersiapkan menjelang lebaran. Mulai dari bersih-bersih rumah, halaman rumah, membuat kue, sampai mempersiapkan baju baru. Nah, yang terakhir ini nih yang menjadi topik tulisan saya kali ini.
Seberapa pentingkah baju baru untuk lebaran bagi kita?
Saya melihat, apalagi seperti sekarang ini, saat baju muslim-muslimah sedang ngetrend dengan berbagai model dari model A sampai model Z (maklum saya paling males update berita soal mode), dari harga murah sampai harga yang mahalnya selangit, baju baru untuk lebaran menjadi menu wajib bagi sebagian besar kalangan umat Islam. Saya pun kerap kali merasa begitu. Dari awal saya tahu "apakah bulan Ramadhan itu?" (bulan dimana umat Islam wajib berpuasa lalu berlebaran dengan menggunakan baju plus sandal baru), saya lalu merasa menggunakan baju baru saat hari raya idul fitri adalah suatu kewajiban yang jika tidak saya penuhi akan membuat saya malas bersilaturrahim karena minder, dan perasaan tak nyaman yang lain.
Tetapi belakangan ini, ketika saya mulai belajar secara perlahan mendefinisikan arti "budaya" dan makna "kesejatian", saya kemudian tahu bahwa: baju baru untuk lebaran hanyalah sebuah simbol kecil bagi lebaran itu sendiri.
Sejatinya, lebaran atau Hari Raya Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam yang berhasil menahan hawa nafsunya selama menjalankan ibadah puasa. Sejatinya, lebaran adalah saat yang paling pas untuk membangkitkan semangat dalam meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah, menyambung kembali tali persaudaraan, berbagi kabahagiaan dengan sesama, dan memperbaiki hubungan dengan alam. Tidak salah jika lebaran kita memakai baju baru, tetapi jika kondisi keuangan kita baik. Artinya jika ada uang lebih, bolehlah kita membeli baju baru. Tapi kalau tidak ada, ya sudah, kita tidak usah memaksakan karena gengsi pada apapun dan siapapun
Hhh... Padahal Allah tidak melihat baju baru yang kita pakai.
Jadi salah--saya rasa--jika lebaran hanya tampak di dalam benak kita sebagai ajang untuk memamerkan baju baru.
Tiba-tiba saya sangat menyesali keadaan semacam ini. Adik-adik saya, yang baru mengenal apa itu puasa, secara langsung disuguhi kebiasaan yang menurut saya tidak baik. Pola hidup konsumerisme dan tidak apa adanya. Sungguh saya teramat menyesal. Tapi saya janji,  saya akan berusaha sekuat tenaga kelak anak-anak saya tidak akan saya perkenalkan dengan budaya ini. Semoga Allah Membantu upaya saya. Aamiin.
Selamat tinggal Bulan Suci Ramadhan... Sampai jumpa di pertemuan mendatang dengan perjumpaan yang lebih baik.... Semoga hari-hari saya kedepan menjadi lebih baik dan berkah... Allahumma Aamiin...

Sabtu, 03 Agustus 2013

My Madura Batik Collection-Indonesia's Culture

Hai kawan, dua batik di bawah ini adalah sebagian dari Batik Madura yang saya koleksi. Cantik, bukan? :) Banyak yang menilai bahwa motif-motif dari kain batik tampak ndeso dan ga gaul. Itu salah blass!!! Kain batik dengan motifnya yang cukup rumit dan main warna justru akan membuat pemakainya menjadi tampak cerdas, cantik, elegan, berwibawa, dan terhormat. Ini karena batik bukanlah kain sembarangan yang biasa dibuat untuk memenuhi tuntutan kapitalisme (Waduhhhh!!!).
Motif Bunga 3 Dimensi
Motif Serat Kayu


Lebih dari itu batik adalah sebuah warisan berharga dari sejarah peradaban manusia di Indonesia yang hingga saat ini dilestarikan utnuk menjaga identitas warganya. Tidak heran kalau dengan menggunakan batik, seseorang akan tampil sebagai pribadi yang selalu beraura positif dibingkai dengan suara yang lembut ketika berbicara dan senantiasa menjaga sopan santun. INDONESIA BANGETTTT!!!

Sekilas pengamatan saya, ciri khas motif Batik Madura berbeda dengan motif batik yang lain. Sesuai dengan kepribadian orang madura yang pemberani, percaya diri, dan loyal, Batik Madura kebanyakan bermotif tidak terlalu rumit namun dengan kombinasi warna yang  terang dan kontras. Inilah mengapa orang madura selalu tampil energic tapi berhati lembut. *EmangKenyataannyaKok
Saya sendiri menggunakan Batik Madura  ke berbagai aktifitas. Dari bersantai di rumah, kuliah, sampai ke acara formal semisal undangan pernikahan. Cantik kok! Serius! ^^v biasanya saya mendesain modelnya sendiri dan saya diskusikan dengan penjahit langganan di dekat-dekat rumah saya, sampai jadilah baju batik yang gaul dan sangat nyaman dipakai.
Ah,,, Saya cinta banget sama semua batik! Terlebih lagi Batik Madura.
Ayo! Mulai sekarang pakailah batik! Cintailah budayamu!

Jumat, 02 Agustus 2013

Ayah

Pagi yang sunyi. Ketika aku tengah merapikan buku, aku tergerak untuk membuka sebuah buku tulis yang sudah kusam dan berbau apek. Pelan kubuka buku itu, di lembar pertama tertera;

Nama : Ziyadatul Khairoh
Buku : Fiqh
Kelas : 1 Madrasah Ibtidaiyah
Aku tersenyum, berarti itu buku milikku sebelas tahun silam. Lalu kubuka lembar paling belakang. Betapa bergetarnya hatiku melihat tulisan tangan berbaris rapi yang entah font apa namanya. Itu bacaan dalam shalat yang Ayah tulis untukku. Aku masih ingat betul, dulu di masa itu aku tidak mau sekolah karena ada praktek shalat di mata pelajaran Fiqh.
Seharusnya begitu mulai sekolah MI anak-anak sudah bisa shalat minimal praktek gerakannya. Tapi karena sejak TK aku termasuk anak bandel, nakal, bersepeda dengan teman-teman di lapangan, jadilah aku tak mengenal shalat meski Ayah, Ibu, Kakak-kakak, Mbak-mbak sudah bersikeras mengajariku shalat dengan penuh kesabaran.
Hingga suatu ketika, karena hampir sebulan aku tidak mau ikut pelajaran Fiqh seorang teman menjemputku pagi-pagi sekali dan mengajakku berangkat ke sekolah bersama. Tetapi tetap, aku tidak mau dan malah menangis sejadi-jadinya sehingga membuat temanku berangkat ke sekolah lebih dulu. Pada hari itu aku tidak mau masuk sekolah lagi. Akhirnya orang-orang di sekelilingku mencemaskan keadaanku yang nyaris depresi berat.
Dan pada suatu malam tepatnya malam Jum'at aku melihat Ayah sedang menulis di bukuku. Aku pun menghampirinya,
"Ayah lagi nulis apa?"
"Ayah sedang menulis doa-doa shalat untuk praktek kamu."
"Hm?!" Aku menautkan kedua alisku.
"Sudah larut malam. Tidurlah, besok pagi akan Ayah bacakan untuk kamu."
Tanpa menjawab sepatah katapun, aku meninggalkan Ayah dan bergegas tidur. Batinku berkecamuk hebat.
[Ayah.. Harus dengan cara bagaimana aku membalas jasamu?
Ya Allah, berkahi hidupnya dengan limpahan Rahmat-Mu, terimalah amal jariyahnya, dan jadikanlah aku, kami umat muslim di dunia menjadi orang-orang yang menegakkan agama-Mu dengan shalat.] Taqabbalallâhu Minnâ Wa Minkum, Allâhumma Taqabbal Yâ Karîm. Allâhumma Amîn..
(17 Juni 2011)