Jumat, 23 Januari 2015

Menyerahlah

Wahai Amarah, menyerahlah engkau!
Serupa tawanan perang di padang pasir di bawah terik kemenangan lawan. Menyerahlah dengan pasrah, serupa kepasrahan burung yang terjatuh saat terbang lantaran sayapnya telah rapuh mengepak di angkasa luas.
Wahai Amarah, mengalahlah engkau!
Serupa mendung awan tebal yang menurunkan hujan, mengalah pada bumi yang kering meranggas. Mengalahlah dengan kelapangan jiwa, seumpama perahu kecil yang mengalah pada ombak yang berdebur dengan gelombangnya yang besar.
Wahai, Amarah, pejamkan gegas matamu! Karamkan perahu-perahu angkuhmu ke palung samudera terdalam. Pejamkan segera matamu, karena senja telah berakhir dan malam tak boleh dilalui dengan amarah; sebab malam diciptakan hanya bagi jiwa yang pasrah karena lelah mengembara.
Wahai, Amarah, menyerahlah!

Minggu, 04 Januari 2015

Namaku Mizan

Namaku Mizan. Hhh... Ini hari ketiga di tahun 2015. Tahun baru yang sungguh nyaris sepi. Saat teman-temanku merayakan tahun baru, aku tak beranjak sama sekali dari ruang kosong bernama Sepi ini. Betapa teganya pihak-pihak yang melemparkanku ke sudut terpencil ini! Tega!

Aku menamai ruang kosong ini dengan Sepi sebab segala hal yang di ruang ini nyaris tak berwarna. Pintu kosanku sepi, tak ada seoranpun yang mengetuk. Jendela kosanku sepi, saat membukanya aku hanya melihat jemuran pakaian dalam usang milik tetangga yang dijemur di loteng rumahnya. Lemari esku sepi, tak ada makanan yang membuatku berselera untuk melahapnya. Dan... Ponselku sepi, tak ada seorangpun yang menghubungiku. Termasuk dia.

Namanya Alya. Dia pacarku. Hubunganku dengannya sudah masuk bulan ketiga. Hampir dua minggu belakangan ini dia menghilang dari peredaran tanpa sedikitpun kabar yang kuterima, ponselnya tidak aktif dan saat kukunjungi dia ke tempat kuliah atau kosannya dia selalu mengindar dengan beragam alasan, sibuklah, manipadilah, ada janji dengan anulah. Ok, fine!

Kurasa dia sosok yang berbeda dari gadis kebanyakan. Beda karena tanpa kutahu mengapa aku memperlakukannya sebagai seorang yang sangat kubutuhkan, aku selalu menghubungi dia duluan, mengajaknya kencan duluan, dan ini bukan hal yang biasa kulakukan pada perempuan. Maaf, bukan aku bermaksud sombong, aku termasuk pribadi yang senang berkawan, bersosial, sekalipun aku seorang kutu buku. Dan yang perlu digarisbawahi, aku memiliki wajah tampan dan postur tubuh yang sangat ideal. Ini testimoni banyak orang, lho. Sebab itulah aku dikejar banyak cewek di kampus, mereka bilang cinta, aku iyakan saja.  Tapi ingat, aku bukan tipe peselingkuh. Saat hubunganku dengan seseorang mengindikasikan akan putus, selalu saja ada pengganti yang datang. Ini seolah-olah menjadi hal yang absolut dalam hidupku. Aneh, memang. Tapi ini nyata!

Aku merasa dia berubah saat aku sibuk menjadi anggota tim relawan bencana banjir yang kemarin terjadi di kota Jember yang merendam 4 desa 2 kecamatan. Bersama tim relawan yang juga sebagian perempuan kami menjadi teman bagi korban banjir yang masih di usia sekolah dengan cara mengajak mereka membaca buku-buku cerita yang kami bawa ke lokasi pengungsian korban banjir, setidaknya ini upaya untuk meringankan beban psikologis anak-anak disana.

Jarum jam menunjukkan pukul 00:45 WIB. Hhh...
Aku menghela napas dalam-dalam. Tulang-tulangku rasanya akan remuk akibat lelah dari pengungsian korban banjir sehari tadi. Sepertinya aku harus tidur. Aku mencoba memejamkan mata yang mulai berat mengantuk.

Ting tung. Ting tung. 1 New Message.

Aku membuka kembali mataku. Pesan singkat dari Roni. Kubuka segera.

“Mizan, elo udah tidur? Sori ya, gue ga ada maksud apa, kok. Cuma mau bilang, barusan gue ngeliat Alya masuk ke mobil keren sama cowok model Om-om gitu. Ini gue lampirin fotonya.”

Aku segera bangkit dari tidurku, mengucek-ngucek mata dan tak percaya atas foto yang kulihat, seorang gadis berpenampilan seksi tampak dari depan dirangkul oleh seorang lelaki berjas hitam.

Baiklah. Aku tak peduli lagi. Aku ngantuk, mau tidur. Kemudian, malam itu berakhir dengan tidur lelapku.
#

Hhh... Ini hari keempat di tahun 2015. Segala puji bagi Tuhan yang masih memberiku napas untuk bertahan hidup. Waktu berjalan begitu cepat. Aku pernah membaca sebuah buku, katanya, kecepatan waktu berjalan seumpama panah yang meluncur dari busurnya. Secepat itukah? Aku juga sulit membayangkannya. Aku sudah tua. Usiaku kini 22 tahun, dan setelah ini waktu akan terus berlalu semakin cepat. Alya, dan atau siapapun sekaligus absolutely-nya. Bullshit! Aku kini tak peduli lagi.  Untuk sementara aku akan keluar dari keabsolutan itu dan menyejajarkan langkahku dengan Sang Waktu, mengubah diri menjadi pribadi yang semakin sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang dapat menjadi bekal di waktu-waktu mendatang. Selamat tinggal, Sepi...
(Flash Fiction ini ditulis dalam rangka memenuhi tantangan Penerbit Mizan di Twitter @PenerbitMizan. Hehee) 

Rabu, 31 Desember 2014

Tik Tok Tik Tok


Tik. Tok. Tik. Tok.
Tik. Tok.
Tik. Sepi.
Ini malam terakhir di tahun 2014. Seperti biasa, saya tidak pernah merayakan malam pergantian tahun dengan acara khusus, baik bersama teman-teman maupun bersama keluarga. Saya di rumah saja. Selain karena saya belum pernah ada uang lebih untuk merayakannya saya juga tidak pernah merasa tertarik untuk merayakannya. Untuk apa dirayakan? Bukankah malam pergantian tahun adalah malam yang memilukan bagi akumulasi waktu? Seperti balon raksasa yang terus menerus dipompa gas yang siap kapan saja akan meledak dan mengejutkan semua orang atau malah gasnya meracuni pernapasan orang-orang, mungkin seperti itu. Bukankah itu hal yang mengerikan?
Malam ini, di malam pergantian tahun saya seolah berada di sudut ruangan setelah terlempar dari keramaian lalu dirantai oleh sepi yang nyaris. Beginikah rasanya? Dan... Tik. Tok. Tik. Tok. Cuma itu yang dapat saya tangkap dari indera pendegaran saya. Oh, mungkinkah waktu hendak mengajarkan saya memaknai sepi? Baiklah, terima kasih.

Kamis, 18 Desember 2014

Mungkin


"Dan Kami jadikan tidurmu sebagai istirahat. (9)
Dan Kami jadikan malammu sebagai pakaian. (10)
Dan Kami jadikan siangmu sebagai penghidupan. (11)"
[QS. An-Naba': 09-11]
Mungkin tidur manusia adalah sebuah kehendak Tawakal. Penyerahan diri seorang hamba akan ruhnya terhadap Tuhan yang telah menganugerahinya kehidupan.
Mungkin tidur manusia adalah wujud dari kepasarahan diri, sebuah fitrah manusiawi yang dibawanya sejak lahir dan azali. Kepasrahan akan kausalitas, saat mengantuk pelupuk dan kelopak mata akan mengirim impuls kepada saraf sensori untuk bergerak mengatup, melepaskan ruhnya untuk meleburkan lelah di udara, mengembara lepas mengumpulkan titik-titik cahaya untuk bekal di pagi hari.
Mungkin Tidur diciptakan oleh Tuhan sebagai pintu penghubung antara alam realitas dan alam tanpa pancang langit serta daratan sebagai pijakan. Mungkin juga sebagai pintu bagi hikmah; dunia yang lebih luas saat mata tak dapat lagi dibuka.